View Single Post
Old 22 August 2013, 07:08 PM   #1
I am ME
Senior Member
 
I am ME's Avatar
 
Bergabung: Jan 2011
Location: The World of ME
Posts: 2,955
I am ME is on a distinguished road
Unhappy Bacalah kesedihanku

Rabu, 210813
Malam tadi, untuk kesekian kalinya aku menangis
Kuungkapkan semua kesalku padamu, padanya, pada mereka
Tentang kau yang begini, kau yang begitu
Juga tentang aku yang tak pernah kau anggap
Semua jeritan itu sepenuhnya milikku, meski tertahan
Berteman satu dua kata darimu atau mereka

Untuk kesekian kalinya ku buat kau marah
Kau teriakkan semua penatmu padaku, padanya, juga pada mereka
Tentang lelahmu hari ini, tentang sakit yang kau tahan
Juga tentang aku yang semauku sendiri, aku yang tak mengerti keadaan

Kini kita saling berteriak, berdebat
Saling melontarkan argumen
Cuma kita, aku dan kamu
Mereka? Terisak dan sesekali menenangkan

Ku katakan: tak ada waktu lagi
Kau bilang: baru dua hari yang lalu kau mengtahuinya
Ku sanggah: bukan sekali dua kali aku bertanya tentang hal ini
Kau bilang: bukankah telah ku jawab semua terserah padamu?
Ah, aku benci jawaban itu.
'Terserah' bukanlah jawaban yang ku cari

Ku tanya: lalu kenapa menggantungku?
Kau jawab: kau lah orang yang tak bisa move on. Selalu melihat pada satu arah, jalan buntu
Ku bilang: kau tak pernah peduli
Wallahi, kau bersumpah, bukan tak memikirkanmu, hanya saja kau tak tahu. Itu katamu

Semua teriakan itu, sangat cukup buatmu bersedih. Kau mulai terisak
Jangan tanya aku, tangisku semakin menjadi
Air mataku tak ada hentinya mengalir
Aku terluka mendengar semua teriakan yang memekakkan itu
Aku malu pada mereka yang harus mendengar pertengkaran ini

Lihatlah, bahkan dia yang angkuh pun mencoba menenangkanku
Tahukah kau?
Lembut, dia berbisik padaku: Ssshht... Sudahlah, cukup
Namun aku masih menangis, aku masih saja menjerit
Dia mulai terisak, terduduk memelukku
Dia katakan: berhentilah, tolong mengalah
Air matanya pun menetes

Bukankah dia yang sering sebabkan air matamu dulu?
Mengapa kini memintaku berhenti jika saat kau menangis dulu, dia sedikitpun tak bergeming, angkuh bagai karang
Mungkinkah dia melihat refleksi dirinya saat melihatku begini?
Sebesar itukah sesal itu hingga dia memintaku mengalah?
Aku terbungkam namun batinku berbahasa
Isakku tak terdengar lagi meski air mataku tak pernah kering
Aku sudah lelah, aku muak pada keadaan ini

Kini kau memonopoli debat kita
Kau ceritakan kesedihanmu mendengar prasangkaku
Kau ungkap kekecewaanmu melihat tingkah bodohku
Aku sudah kalah, aku yang salah
Dan akupun membisu
Kau tanya pada hening yang tercipta: apa salahku?
Namun dalam hening ku berbisik: Aku. Aku yang salah

Maaf, maaf, maaf...
Rasanya, ribuan kata maaf pun takkan cukup untukku
Atmosfir Iedul Fitri itu, masih hangat terasa
Bahkan belum genap 15 hari sejak kita saling memaafkan, saling melupakan kesalahan
Kini sudah kutorehkan lagi luka baru
Luka yang mungkin lebih perih dari luka-luka yang lalu

Air mataku tak dapat berhenti
Menangisi kekhilafanku, kebodohanku
Kepalaku pusing, mataku perih
Pikiranku kacau, hatiku terluka
Malam itu, aku tertidur dengan isak yang terus terdengar
Menyebabkan bengkak dan perih pada mataku saat kuterbangun esok hari
Aku tak semanis yang kau kira
Aku bukan anak yang baik.

Keywords:
Jogja, sahabat, perempuan, malam, bis, kuliah.
__________________
I am ME

(^_^)
I am ME is offline  
Reply With Quote