Hari Minggu pertama bulan ini, beberapa hari sebelum puasa. Sore itu, aku menerima bingkisan. Sebuah kotak berwarna emas dengan corak bintang sebagai motifnya. Tanpa nama pengirim, tak jelas untuk siapa. Benar-benar tanpa identitas. Seorang teman lama, datang dari jauh memberikannya padaku. Titipan dari seseorang, begitu katanya. Hm, seseorang itu siapa? Salah alamat kah? Dan aku pun mulai penasaran.
Saat kubuka, kotak itu penuh dengan benda-benda berwarna cerah yg didominasi warna favoritku. Melihatnya saja sudah membuatku senang. Eh, tunggu dulu. Ini hanya kebetulan, bukan? Dia tidak benar-benar tahu my true color kan? Bisa jadi ini bukan untukku. Ah, pertanyaan-pertanyaan ini menari di kepalaku. Semakin penasaran saja aku dibuatnya. Tiba-tiba selembar kertas putih menarik perhatianku. Wangi. Aku suka meski aroma itu terasa sedikit aneh. Hm, atau mungkin unik lebih tepatnya.
Ah, surat itu sangat simpel. Selembar kertas HVS putih yang wangi, dilipat rapi tanpa amplop. Melalui tulisan tangan yang kawaii berwarna hitam, diungkapkannya yang ingin dia sampaikan di surat itu. Hitam di atas putih, sesederhana itu suratnya. Assalamu'alaikum bersanding dengan namaku yang digarisbawahi. Begitulah caranya memulai suratnya dan aku suka. Sedikit ganjil memang karena hanya namaku yang bergaris bawah. Apakah ada maksud tertentu? Entahlah. Absurd. Yang jelas aku tahu satu informasi penting. Bingkisan ini memang untukku.
And so the story begins. It's not the end yet....
