Celotehan Trotoar
Celotehan Trotoar
hei para manusia
tiap hari kau hilir mudik diatasku
dengan karakter yang berbeda-beda
tak pandang ras, agama, apalagi suku
lalu
ketika aparat belum terlihat
kalian melindasku dengan roda-roda kendaraan seenaknya
tak tahu kah untuk apa aku ada
untuk melindungi para pejalan kaki yang lewat
satpol pp juga belum terlihat
para pedagang menjajahkan dagangannya diatasku
padahal aku bukan ruko, toko apa lagi pasar rakyat
aku hanya trotoar yang panjang dan bisu.
malam dinginnya mulai menusuk
kupu-kupu malam pun mulai berkeliaran
menawarkan kehangatan pada lelaki hidung belang
wajah yang tertutup bedak topeng perempuan busuk
semakin malam semakin hening
heningnya malampun terpecah oleh suara dari sebuah arah
ada yang tergelincir dan terguling
seorang yang mabuk terkapar bersimbah darah
sepenggal peristiwa aku ceritakan
kepada angin malam dan aspal kasar
biarpun aku tahu tak ada yang mendengarkan
kan kutunggu sampai mereka sadar
|