View Single Post
Old 17 April 2011, 12:36 PM   #1
Gedy
Member
 
Gedy's Avatar
 
Bergabung: Apr 2011
Location: Tangerang
Posts: 30
Gedy is on a distinguished road
Default Separuh dari Satu I & II

I.
Gadis itu menjerit, suaranya mampu menyayat hati mahluk manapun yang mendengarnya, namun hanya ibunya saja yang menangis dari balik pintu tempat gadis itu menjerit, lolonganya meremukan hati Nyoman yang bersebelahan dengan kamar gadis itu, matanya pun berkaca mengenang gadis yang dulu selalu mencari perhatiannya setiap waktu, dia mengutuk laki-laki bajingan yang telah mengambil mimpi-mimpi gadis itu, dia mencacinya dalam doa setiap waktu dia berdoa, dia menerkamnya setiap sosok laki-laki itu lewat dalam bunga tidurnya kala malam, hidupnya yang dulu indah kini terkikis satu persatu bagai erosi pantai, senyuman yang hendaknya selalu terlihat kini sirna bagai debu yang ditiup angin, impian keluarganya hancur dimulai saat ayah meninggalkan mereka, kini hanya tinggal bertiga, Nyoman, Ibu, dan Hilda, gadis yang mengalami depresi berat akibat ulah laki-laki bangsat tak bertanggung jawab, dia berdoa kepada Tuhan agar laki-laki itu lebih menderita dari Hilda.
Hilda menjerit sendirian dalam kamarnya yang sempit dan berbau pesing, dia suka buang air disembarang tempat, padahal dulu kamarnya wangi karena bunga mawar selalu segar didalam pot kaca yang ia letakan diatas meja belajarnya dan ia juga suka menyemprotkan parfum beraroma mawar di atas tempat tidurnya, namun wewangian itu telah hilang, berganti dengan aroma amoniak yang menyebar dari seluruh penjuru kamar, ia sekarang tidak kenal dengan kloset, jangankan kloset, mandi saja hampir tidak pernah, hanya ibu yang bisa membersihkan tubuh Hilda saat dia tidur. Hilda tidak gila, dia hanya kehilangan sebagian dari dirinya, itulah yang selalu Nyoman pikirkan, karena dia yakin gadis kecil itu akan kembali seperti dulu, meski dia tidak pernah tahu bagaimana atau kapan, tapi dia percaya gadis itu tidak pernah pergi kemana-mana, dia akan terus menjadi gadis kecil meski dia bukan lagi seorang gadis.
"Ayah, mohon dengarkan aku dimanapun kau berada saat ini, berikan aku kekuatan untuk menjalani hidup sekarang ini, semoga kau berbahagia di nirwana." Nyoman berdoa diatas tempat tidurnya sebelum tidur, ia menunggu sampai Hilda selesai karena dia tidak bisa tidur jika ada suara menjerit-jerit disebelahnya, sebenarnya ingin sekali dia pindah dari kamarnya, namun dia juga tidak bisa menjauh dari Hilda, dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Hilda.

II.
Bulan merah mengambang di langit hitam, sesekali awan-awan lewat menutupi terangnya, pandangan Nyoman dengan mata berkaca-kaca menyiratkan harapan kepada Tuhannya, ya, Tuhan, yang maha segala-galanya, harapannya agar Hilda kembali lagi, seperti gadis seusianya yang bermain dengan ceria bersama teman sebayanya, tertawa menikmati indahnya masa remaja, bukan seperti seperti binatang yang dikerangkeng dalam kandang, berteriak-teriak layaknya binatang liar, hidupnya hanya sebesar ruangan 5x7m yang berbau busuk, dunianya hanya ia dan Tuhan yang tahu, temannya cuma mahluk yang manusia normal tidak pernah tahu keberadaannya. Ironis, mengingat harapannya sebagai Dokter Hewan sirna bagai debu ditiup angin, tapi Nyoman tidak pernah putus harapan, Tuhan yang masih ia yakini ada adalah pegangan yang terakhir setelah berbagai cara ia coba.
Dug! Dug! Dug!
Suara yang terdengar dari tembok sebelah, Nyoman tersadar dari lamunannya, itu suara yang berasal dari tumbukan tulang tengkorak dengan tembok beton, Dia bangkit dan berlari menuju kamar ibu.
Tok! Tok! Tok!
"Bu! Ibu! Hilda menjedot-jedotkan kepalanya ke tembok lagi bu!”
Tak lama Ibu keluar dengan sebuah kunci, berlari ke kamar perempuan yang terbelenggu dalam ruangan yang lebih layak disebut kandang.
Ibu mencoba memasukkan kunci kedalam lubangnya, sedikit sulit dan butuh waktu, wajah panik terpancar dari kedua orang yang sedang mencoba membuka pintu, setelah terbuka, Hilda terlihat sudah tergeletak dengan wajah berlumuran darah, buah dadanya pun terkena bercak-bercak darah yang mengalir dari tempurung depan terngkoraknya yang kulitnya terkelupas. Di salah satu tembok terlihat bulatan merah tak sempurna dengan bercak-bercak di sekitarnya, darah yang masih segar, itu adalah tembok yang baru saja dijadikan aduan tengkorak gadis malang yang sekarang tergeletak tidak sadarkan diri.
“Nyoman, tolong siapkan Jeep kamu, kita bawa Hilda UGD.”
“Tapi Bu, Uang dari mana? Tabungan Ibu bukannya sudah habis? Aku juga tidak punya sepeser pun bu.” Nyoman bingung dengan kondisi keuangan keluarganya yang ia tahu sudah sangat buruk.
“Itu nanti! Sudah sana kamu siapkan dulu Jeepnya dan kita bawa Hilda kerumah sakit.”
Nyoman dengan panik berlari keluar, ia segera menghidupkan Jeep yang kuncinya selalu ia cantolkan di kontaknya saat di rumah. Ibunya terlihat sedang menggendong Hilda yang masih belum sadar, Nyoman turun dari jeepnya, membantu ibunya mengangkat perempuan itu, dan menaruhnya di jok belakang. Ibunya sudah naik di bangku sebelah supir.
“Ayo Nyoman, cepat! Nanti dia sadar, bisa susah lagi kalau dia sadar di mobil.”
“Baik Bu.” Nyoman segera menyetir Jeep tuanya keluar dari garasi.
“Nyoman, nanti lewat Jalan Diponegoro.”
“Baik Bu.”

Bersambung..[IMG]http://sekolah.org/data:image/gif,GIF89a%12%00%12%00%B3%00%00%FF%FF%FF%F7%F7%EF% CC%CC%CC%BD%BE%BD%99%99%99ZYZRUR%00%00%00%FE%01%02 %00%00%00%00%00%00%00%00%00%00%00%00%00%00%00%00%0 0%00%00%00%00%21%F9%04%04%14%00%FF%00%2C%00%00%00% 00%12%00%12%00%00%04X0%C8I%2B%1D8%EB%3D%E4%00%60%2 8%8A%85%17%0AG*%8C%40%19%7C%00J%08%C4%B1%92%26z%C7 6%FE%02%07%C2%89v%F0%7Dz%C3b%C8u%14%82V5%23o%A7%13 %19L%BCY-%25%7D%A6l%DF%D0%F5%C7%02%85%5B%D82%90%CBT%87%D8i7 %88Y%A8%DB%EFx%8B%DE%12%01%00%3B[/IMG]

Terakhir diedit oleh Gedy; 11 May 2011 @ 08:58 PM.
Gedy is offline  
Reply With Quote