View Single Post
Old 18 July 2012, 11:41 AM   #3
nezanra
Junior Member
 
nezanra's Avatar
 
Bergabung: Jul 2012
Posts: 23
nezanra is on a distinguished road
Default

Aku hanya bisa menangis, aku terjebak diantara keadaan yang cukup dilema. Aku merasa bahwa aku telah jatuh. Aku kehilangan sahabat aku karena kematiannya, dan aku mencintai sahabat aku sendiri.
“Kamu jangan jadi kecoa, dong!” Tegus Yuda. Aku sangat kaget. “Yud? Kenapa kamu disini? Terus apa hubungannya sama kecoa?” Jawab aku sambil menghapus air mataku, dan mencoba untuk tenang. “Kecoa tuh kalo udah jatuh ga bisa ke posisi awal kan?” Tanya dia sambil tersenyum. “Iya, terus?” Tanya aku yang masih tidak mengerti. “Ya kamu jangan kaya kecoa dong, masa udah jatuh ga bisa bangun lagi? Ayo, dong! Bangun lagi, buktiin kalo kamu bukan kecoa. Ga elit kan?” Ujar Yuda menyemangati. Aku tersenyum sangat lebar. “Hahaha makasih banget ya, Yud. Maaf soal kemarin kemarin. Aku ga maksud kok, sumpah.” Jawab aku sambil tetap menghapus air mataku. “Nyatai aja sih, aku ga anggep serius yang kemarin kemarin kok. Anggap ga pernah terjadi aja.” Ucap Yuda sambil tersenyum. “Dina, aku masih sayang sama kamu. Sekarang tanggal 15. Inget kan? Kita udah 3tahun. Selamat ya, aku sayang kamu.” Ucap Yuda sambil mengelus batu nisan. Aku menangis. “Dina, selamat ya... Beruntung kamu dapat cowok kaya Yuda. Maafin aku ya kalo aku ada salah, aku juga sayang sama kamu.” Timpal aku sambil ikut mengelus batu nisan Dina. Sepertinya, hanya Dina yang bisa menyatukan aku dengan Yuda. “Bi, makasih ya udah mau ngegantiin Dina selama ini di dunia, aku juga sayang sama kamu kok. Sebagai sahabat.” Ujar Yuda sambil menepuk pundak aku dan tersenyum lebar hingga behel yang berwarna abu itu makin terlihat jelas. “Sama-sama. Aku juga sayang kamu sebagai kakak.” Jawab aku sambil tersenyum lebar.

Sepertinya cinta tapi mengapa benci
Sepertinya benci tapi mengapa suka
Sepertinya suka tapi mengapa ingkat
Sepertinya ingkar tapi mengapa ada getar yang kian lama terus mengetuk keterasingan.
Terusirku dari lamun,
Dan saat mata terbuka,
Dia—pemamah segala damba yang kurajut dalam cerita
Mimpi dan tak berwujud nyata
Kini datang dengan pesona barunya.
Merama-rama dikepala,
Menyisakan secuil bahagia yang tertunda
Siapa gerangan dia?
Sebuah pertanyaan tiba-tiba menohokku di kala senja menjemput
Kalau dia hanya sekedar bayangan dalam mimpi,
Mengapa dia terasa begitu dekat?
Sepertinya dia meninggalkan kenangan
Sepertinya dia nyata dalam genggaman
Sepertinya dia hidup dalam pikiran
Sepertinya aku tau siapa gerangan
Dia bukan orang yang asing, karena dia adalah sahabat aku sendiri.
Aku tidak memedulikan apa yang ada dipikiran Yuda saat aku mengungkapkan perasaan aku, aku tidak peduli Yuda menganggap aku sebagai siapa dia, aku tidak peduli. Aku hanya ingin dia sekedar tahu bagaimana perasaan aku terhadapnya. Aku hanya ingin dia sedikitnya menghargai perasaan aku. Aku bisa sayang sama dia tanpa aku harus memilikinya.

12 tahun berlalu. 12 tahun juga aku menjalani hari hari aku tanpa sahabat yang paling aku sayang, siapa lagi kalau bukan Dina. Kini, aku sudah mempunyai seorang suami yang sangat pengertia, dan sangat aku cintai. Mungkin dia sosok yang sangat tidak asing. Dia adalah Yuda Prawira. Ya, dia adalah mantan kekasih Dina 13 tahun silam. Dahulu, kita memang sempat mempunyai konflik satu sama lain, tapi seiring waktu berjalan, Yuda juga mempunyai masa depan. Dia berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Dina. Akhirnya dia jatuh pada pangkuan cinta aku. Awalnya memang aneh, tapi akhirnya setelah menjalin hubungan selama 5 tahun dengan berbagai konflik, permasalahan, dan banyak lagi. Akhirnya kita memutuskan untuk menikah. Yuda sudah bisa melupakan dan meninggalkan perasaan sayang dan cinta dia untuk Dina.
Dina, kamu adalah sahabat terbaik yang ada didalam hidupku. Kamu tidak akan tergantikan. Tapi sayangnya kamu telah terlebih dahulu pergi dari kehidupan yang begitu keras ini. Aku berdo’a agar kamu tenang disana, dan diterima di sisiNya. Maafin aku sebelumnya udah suka sama mantan kamu... Aku ga ada maksud buat ngambil kesempatan. Hanya saja perasaanku mengalir begitu saja, tanpa aku sadari aku menyimpan perasaan terhadapnya. Tapi tenang kok, Yuda masih sayang banget sama kamu. Jadi, aku mengundurkan diri. Aku lebih baik jadi sahabat dia. Makasih ya udah jadi sahabat aku selama seumur hidup kamu. Menyari musuh itu sangat gampang, tetapi mendapatkan sahabat baik seperti kamu kurasa aku harus mencari hingga ke ujung dunia. Dan aku baru sadari, bahwa dunia tidak ada ujungnya. Jadi, percuma saja kan?
Dina, janganlah kamu melupakan kenangan kita selama di dunia ini. Begitu manis untuk dilupakan. Aku akan selalu mengingat semua apa yang telah kita jalani. Aku tidak akan melupakanmu. Biarkanlah aku melupakanmu dengan kematianku, bukan karena kematianmu.
-SELESAI-
-karya:dezara judhitia-

nezanra is offline  
Reply With Quote