[nezanra]

Apakah dirimu ini mengerti?

Bahwa sebenarnya aku menyukaimu.

Bahwa sebenarnya aku menyayangimu.

Bagaimana? Bagaimana caranya untuk menunjukan segala perhatianku dan membuktikan bahwa perasaanku ini nyata.

Coba melewati malam dengan bersandar hanya pada bayangmu. Berbekal sapa senja, kubilas sepi yang perlahan menancap sendu. Biarlah sejenak kupeluk kesendirian, dan izinkan esok aku menemuimu dalam buncah rindu yang membungkam pilu.

Saat aku mulai mendekati dirimu, yang kutemukan hanyalah harapan kosong yang tertancap dilubuk hatimu. Yang kulihat dimatamu hanya sekedar sebuah tatapan lurus tanpa ada sedikitpun tanda bahwa kau akan mengerti bahwa aku, aku disini menyayangimu.

Saatku mencoba menjaga jarak denganmu, yang kutemukan hanyalah sebuah pemikiran menggugat rindu yang sangat kental. Yang kulihat dari matamu, hanya sebuah cinta yang membuat emosi ini meluap. Yang semakin meyakinkan diriku, bahwa aku sudah tidak menyayangimu. Tapi mencintaimu.

Mengapa serba salah? Mendekat salah menjauh salah. Yang kuharapkan sekarang ini, hanyalah kamu dapat mengerti! Bahwa aku tidak pernah bermain-main dalam hal perasaan!

To me, you’re always a surprise which brings a brand new shiver. Every time you come along.

If this yearning is real, then why is it not the sublime breath that rustles inside my loneliness? Instead, it is a dying restlessness that anxiously hangs on my weary boundaries. My fantasy subdues to silence and breathlessly spells the dumbness.