View Single Post
Old 4 July 2013, 09:35 PM   #1
Hakimi
Junior Member
 
Hakimi's Avatar
 
Bergabung: Jul 2013
Posts: 28
Hakimi is on a distinguished road
Default Bagaimana bisa (iv)

Kami belum menempati rumah itu tapi aku sudah sering datang. Kalau tidak pagi ya sore. Kadang-kadang aku menginap meski semalam saja. Ada saja yang kukerjakan di sana. Merumput, menyiram bunga, melihat-lihat kalau-kalau ada genting yang bocor dlsb.

Suatu sore, ketika aku asyik bekerja, aku melihat seorang wanita, gendut, memakai baju rok terusan, longgar, roknya putih kusam, motif bunga merah besar. Baju itu tampak longgar ditubuhnya. Ia membawa karung seperti yang biasa terlihat jika melihat pemulung, tapi tidak membawa besi pengait.

Wanita itu berhenti didepan rumahku dan berkata dalam Bahasa Jawa Pantura,


jaluk sendok siji


itu yang kudengar dan itu artinya ia meminta sendok satu. Aku tidak begitu menghiraukan permintaannya. Dalam hati aku berpikir, ah macam-macam gaya pengemis untuk mendapat sedikit perhatian dan sedikit uang. Aku masuk ke dalam rumah bermaksud untuk mengambil uang di saku celana panjang yang kugantung di paku di dalam rumah. Aku sama sekali tak menyuarakan maksudku itu. Aku hanya berbisik dalam hati. Tiba-tiba perempuan itu berteriak,


aku dudu baramaen aku ora butuh duit aku jaluk sendok siji


Karena kaget dengan teriakannya dan sangat menancap tajam di telingaku maka aku buru-buru kembali ke dalam rumah. Aku mencari-cari sendok. Aku merasa sendok itu tidak ada karena memang belum membawa perabotan dapur ke rumah itu.

Agak lama juga. Kukira dia akan pergi ternyata belum dan tidak pergi. Masih menunggu.

Akhirnya aku melihat ada sebuah sendok terikat bersama bungkus nasi goreng. O, ya, aku meminjam sendok dari tukang nasi goreng. Tidak berpikir panjang lagi aku ke depan dan dengan siap kuda-kuda (haha, kalau-kalau wanita itu ngambek) aku menyodorkan sendok itu pelan-pelan kepadanya.

Berbeda dengan aku yang berlambat-lambat wanita itu mengambil sendok itu dengan cepat dari tanganku. Tentu saja aku kaget namun tak sempat mengeluarkan jurus langkah seribu. Wanita itu memasukkan sendok ke dalam karungnya lalu menengadahkan tangan. Berdo’a sambil tangan kirinya memegang karung berisi sendok tadi. Aku ikut mengamini do’anya.

Dan tak lama kemudian ia berlalu dari depan rumahku. Kuperhatikan
kepergiannya menelusuri tepi jalan utama perumahan lalu hilang dari pandanganku di belokan. Ia sama sekali tidak menoleh dan tidak berhenti.
Bagaimana dia tahu ada sendok di rumahku, dan bagaimana dia bisa “mendengar” bisikan hatiku.




Kota Baru Karawang,030720121346
Hakimi is offline  
Reply With Quote