entahlah
entahlah tak bisa lagi ku menyusun
dalam secarik puisi seperti dahulu
aku takut ia tak mampu wakili
yang ada padaku tentang dirimu
bahkan sengaja ku bawa
diriku mengelak darimu
karena ku ingin menjumpaimu
dengan napas yang bisa kau kenali
tangan yang bisa kau pegang,
detak jantung yang bisa kau dengar
dengan segala kekurangan diriku
yang selalu tertuju padamu
sehingga bila kerinduan itu
datang kembali secara tiba-tiba
aku juga dapat mengangkat mataku
di depan parasmu yang selalu betah ku diami
|