View Single Post
Old 3 July 2013, 06:22 PM   #2
I am ME
Senior Member
 
I am ME's Avatar
 
Bergabung: Jan 2011
Location: The World of ME
Posts: 2,955
I am ME is on a distinguished road
Default

lanjut yaaah....

Tapi belasan tahun berlalu, meski tetap tinggal di kamar sempit pojokan rumah, tentu saja Tigor sekarang adalah seorang pemuda. Meski wajahnya rata-rata saja tidak ganteng-ganteng amat (hanya menang di ekspresi muka yg selalu gembira, wajah yang selalu tersenyum menawan), Tigor tumbuh jd pemuda yg pintar. Dia kuliah juga di tahun ke-2 di UI Salemba. Tubuhnya cukup tinggi, cukup atletis, cukup hitam, meski sama sekali tdk cukup biasa utk ukuran jaman itu, anak pembantu kuliah di jurusan paling prestisius, kampus terkenal di Indonesia. Maka duhai, saat mereka bertemu pertama kali di Salemba, momen itu selalu indah utk dikenang. *kalau cerita ini bisa panjang, saya bahkan bisa menceritakan detail pakaian yg mereka gunakan. Tapi kita tdk akan berlama2 di bagian ini.

Papa Hesty sibuk. Itu tahun-tahun pembangunan nasional dimulai, jargon repelita ngetop sekali. Mama-nya juga, sibuk di darma wanita, aktivitas sosial. Kakak-kakak perempuannya bahkan sudah ada yg menikah dan tinggal di rumah lain, di luar negeri. Tapi sesibuk apapun keluarga itu, mereka segera tahu: kenyataan Hesty dan Tigor yang kembali bersama-sama lagi, dekat sekali di kampus, sering saling menelepon; Itu kabar yang membuat tidak nyaman, risih dan menurut versi Papa Hesty, malu-maluin. Tapi apa mau dikata skrg? Mau mengunci Hesty di kamar? Menyuruh Tigor berdiri di halaman rumah? Mereka sudah dewasa; bahkan di tahun ke-4 kuliah, Tigor menjadi ketua Dewan Mahasiswa (yang salah satu kerjaannya, memprotes pemerintah Soeharto lewat demo-demo di jalanan; tahun 82-an demo2 masih jarang, jadi wajah Tigor yang masuk koran terlihat begitu jelas). Kebencian itu semakin tebal saja.

Usia 26, lulus dr kuliah, diterima bekerja di salah-satu perusahaan swasta yang baik, Tigor akhirnya setelah bertapa seminggu, memikirkannya matang-matang, akhirnya memberanikan diri melamar Hesty. Waktu itu, Papa Hesty diujung2 karir menteri-nya. Diterima? tentu saja jauh asap dari api. Ditolak mentah-mentah. Dihina malah. "Kau tidak menjadi layak hanya karena sarjana, punya pekerjaan bagus, atau terkenal sekali sering menulis di koran-koran. Keluarga kita tetap berbeda jauh." Papa Hesty menjawa dingin. Maka meledaklah masalah tersebut. Hesty menangis. Membenci Papa-nya. Bersumpah akan kabur dr rumah. Tigor pulang dengan wajah sendu. Kali ini Bibi dan Mamang yg semakin sepuh hanya bilang: "Nak, tahu dirilah siapa keluarga kita."

Enam bulan berlalu. Setelah begitu banyak keributan, seruan marah, situasi mulai mereda. Hesty yg sejatinya sayaaang sekali dgn Papa-nya, memutuskan untuk bersabar, mulai menyusun rencana panjang: membujuk Papa-nya tidak bosan-bosan hingga berhasil. Memberikan sejuta argumen. Mengajak Mama-nya ikut bersekutu. Kakak2nya yang tinggal di luar kota dan luar negeri. Setahun berlalu, semua seperti terlihat akan berhasil.. Papa Hesty sudah pensiun, sudah sering sakit malah, semoga saja keras-kepalanya berkurang.. Kali ini Tigor menabalkan tekad, kembali melamar Hesty.. duhai, urusan ini menyedihkan sekali, Papa Hesty menemui Tigor pun tidak, dia hanya dingin bilang ke Hesty: "Jika kau sayang Papa, maka kau akan mendengarkan Papa... Papa tidak setuju kau menikah dengannya, jadi skrg terserah kau!"

Tembok itu tebal sekali.

Dan jahitan luka lama itu terbuka kembali. Lebih lebar dan lebih dalam. Hesty malam itu sepertinya benar2 akan pergi dr rumah.. apalagi Tigor dgn wajah bersungguh2, meminta "janji itu" dipenuhi.. janji saat mereka sering bersepeda dulu: "aku akan ikut kemana kau pergi..." Tapi tidak, Hesty tidak bisa meninggalkan Papa-nya yg sakit2an. "Bersabarlah, Tigor... aku mohon.." Hesty meneguhkan hati; dia akan kembali membujuk Papa-nya. Bersabarlah, dia tidak akan menyerah. Mereka sudah berjanji bahkan sejak kecil, sejak mereka juga belum tahu apa itu perasaan cinta. Ah, apa lagi yg bisa dilakukan Tigor selain menunggu? Tidak mungkin dia membiarkan Hesty menyakiti Papa-nya.

Tapi urusan mereka benar2 berjalan di luar rencana enam bulan kemudian. Bukan karena Tigor kebetulan mendapatkan kesempatan dinas belajar, kursus singkat di London tahun 1987 selama 4 bulan. Jarak tdk pernah berhasil memisahkan mereka.. Tapi karena saat Tigor kembali dari kursus itu, empat bulan kontak dengan Hesty terhenti, dia justeru menemukan amplop tebal berisi setumpuk foto2 dan selembar surat di meja kerjanya. Itu foto2 pernikahan Hesty di Bandung. Dan isi selembar surat itu pendek saja: "Maafkan aku, Tigor.. aku sudah menikah..."

Seperti gila, Tigor berangkat menuju rumah besar keluarga Hesty. Muka riang itu terlihat pucat dan marah sekali.. Ingin rasanya dia langsung berteriak2 marah.. Bukankah mereka sudah berjanji akan sabar satu sama lain? Apa maksud pernikahan gila tersebut? Bagaimana mungkin? Empat bulan dia pergi ke London, Hesty menikah? Tapi seruan tertahan Tigor tidak keluar, ekspresi kemarahan itu justeru terhenti, karena persis ketika Tigor tiba, rumah Hesty dipenuhi oleh siluet hitam dan kesedihan. Papa Hesty semalam meninggal, old soldier itu telah pergi selama-lamanya. Rumah itu dipenuhi pelayat (yang otomatis adalah pejabat2 pemerintah); siapa yg peduli dgn Tigor jika di rumah itu sedang ada penguasa no.1 di Indonesia?

Pemuda malang yg merangsek masuk.. menatap nanar, mencari potongan hatinya: Hesty.. lihatlah, gadis cantik berambut ikal itu sedang menangis sesenggukan di hadapan Papa-nya yg terbaring beku.. Di sebelahnya duduk "seseorang". Melihat pemandangan itu, Tigor gelap-mata. Kepalanya sempit sekali utk berpikir, ada sejuta kabut kesedihan yang membuatnya tidak bisa berpikir rasional dan bersabar.. apalagi saat Hesty mengangkat wajahnya, dan mereka bersitatap satu sama lain; Hesty menggelengkan kepalanya.. menangis.. Tigor tertunduk, kalah.

Siang itu juga Tigor mengambil keputusan super-ekstrem. Dia berpamitan kepada Bibi dan Mamang. Dia akan pergi. Jauh. Ribuan mil, dan semoga semua kesedihan hatinya bisa hilang sejengkal.

Delapan belas tahun berlalu.. Tigor sempurna hilang ditelan gempita dunia.. meninggalkan jendela kaca yg semakin kusam.. rumput halaman yg meninggi dan menjadi belukar.. langit2 rumah yg dipenuhi bintik hitam tampias air... dan di atas itu semua, Tigor sempurna sudah meninggalkan Hesty..
__________________
I am ME

(^_^)
I am ME is offline  
Reply With Quote