View Single Post
Old 3 July 2013, 06:28 PM   #3
I am ME
Senior Member
 
I am ME's Avatar
 
Bergabung: Jan 2011
Location: The World of ME
Posts: 2,955
I am ME is on a distinguished road
Default

last part....

Kalian tahu lagu "Selamat Jalan", Rita Effendy?
"Berpisah denganmu/telah membuatku semakin mengerti/
betapa indah saat bersama/yg masih selalu kukenang/

Setelah kejadian malam itu, menurut Hesty, dia berkali-kali datang ke rumah Menteng; bertanya di mana Tigor? bertanya di mana gerangan sepotong hatinya. Tapi Bibi dan Mamang menggeleng tidak tahu.. Hesty menangis, Hesty memaksa ingin tahu... Tapi siapa yg tahu dan akan memberi jawab? Bibi dan Mamang tidak tahu, hanya menerima surat secara berkala tanpa perangko yang tidak ada alamat pengirim, hanya menyisakan Hesty yg frustasi, Hesty yg bingung, tidak mengerti kenapa Tigor pergi begitu saja... Meninggalkan hari-hari yg sepi... Hari-hari yang menyesakkan.. hingga merubah rasa cinta itu menjadi kebencian karena setelah dia berkorban banyak hal, membujuk Papa-nya tak lelah bertahun2, Tigor-lah yg justru pergi tanpa berita..

Dan tahun2 berlalu lambat.. cat2 rumah semakin kusam.. kehidupan terus mengalir.. pohon palem yg mereka tanam berdua dulu waktu kecil bahkan sudah mati tua dimakan rayap... saat Mama-nya meninggal tahun 1995, Hesty yg sudah 35 tahun memutuskan pindah ke Menteng. Dia merenovasi rumah besar itu.. Ada banyak yg dirubah, kecuali kamar di lantai dua, tempat dia sering menghabiskan malam menatap lampu kota jakarta.. ditemani beratus2 lembar foto.. Tigor sejak merusak kamera papa Hesty, suka sekali dgn kamera; itu koleksi foto-foto mereka berdua waktu kuliah, dan tahun2 setelah itu. Menatap foto-foto itu setidaknya membuat Hesty bisa tersenyum, menghela nafas bahagia.

Apa yang sebenarnya telah terjadi? Tentu saja Hesty tinggal sendiri di rumah besar itu... Pernikahan itu tdk pernah ada.. Tigor keliru besar saat melihat foto-foto dan selembar surat itu... Foto-foto tersebut adalah konspirasi terakhir Papa Hesty yang terlalu membenci hubungan mereka. Benar, ada pernikahan tersebut, tapi itu kakak Hesty; dalam beberapa kesempatan, Hesty tentu saja berfoto dgn mempelai cowok bersama yang lain. Karena 5 bersaudara perempuan itu sengaja mengenakan pakaian yg tdk berbeda dgn pengantin, maka dengan memilih foto dengan pose tertentu, seolah2 Hesty-lah yg menikah. Surat itu? ah, urusan ini menyakitkan sekali. Satu2nya yg mempunyai tulisan tangan mirip sekali dgn Hesty adalah Mama. Tidak kuasa menolak permintaan suami-nya yg semakin sepuh, sakit-sakitan, Mama sambil menangis bersedia menulis sepotong kalimat itu.

Dan semua menjadi rumit, saat Tigor datang dengan kemarahan ke rumah di kebayoran baru di hari kematian papa Hesty; lelaki yg duduk di sebelah Hesty adalah kakak iparnya. Dan jelas, di sebelah kakak iparnya tersebut ada kakak perempuan Hesty yg menjadi istrinya. Gelengan kepala Hesty tersebut juga maksudnya: "Jangan sekarang.. nanti saja kita bicarakan soal kita..." Tapi apa hendak mau dikata? Kejam nian kesalahan ini buat mereka.. Tigor yang baru pulang dari London, penuh bahagia berharap bertemu Hesty, benar-benar salah sangka.. Dan semakin kacau karena dia justeru memutuskan pergi.. menyiram rumput cinta yg tumbuh subur di hati dengan minyak tanah.. membakar habis hingga ke akar2nya..

Fakta ini baru diketahui Hesty enam tahun silam; tahun 2006; Saat Bibi meninggal, saat menemukan setumpuk foto2 pernikahan dan selembar surat itu di kamar sempit tersebut.. Hesty akhirnya mengerti kenapa Tigor raib dari kehidupannya... Hesty akhirnya tahu kenapa dia harus menghabiskan malam selama belasan tahun hanya duduk di teras lantai dua kamarnya.. menatap ke halaman saat hujan deras.. seperti bisa melihat Tigor kecil yg menggigil kehujanan karena dihukum.

"Berpisah denganmu/telah membuatku semakin mengerti/
betapa indah saat bersama/yg masih selalu kukenang/
selamat jalan kekasih/kaulah cinta dalam hidupku/
aku kehilanganmu/untuk selama-lamanya..."

Lagu2 baru bermunculan, artis2 baru datang silih-berganti.. tp bagi Hesty, lagu "Selamat jalan" dari Rita Effendy tersebut tetap menjadi lagu favoritnya.. Bagi Hesty, inilah lagu-nya...

******Sy beberapa tahun silam menyempatkan diri menemui mbak Hesty menyusul ceritanya di email yg super panjang lebar. Demikian beberapa point tambahan atas korespondensi tersebut:

Saya: "Apakah mbak Hesty akhirnya bertemu dgn Tigor?"
Hesty: "Ya. Persis enam bulan setelah Bibi meninggal, Tigor datang. Kabar meninggalnya Bibi tiba di tempat tinggalnya, entah bagaimana caranya kabar itu didengarnya.. Dia selama ini ternyata tinggal di London." *mbak Hesty tertawa pelan, sambil menyeka matanya yg berkaca2, "Tigor datang ke rumah di Menteng. Bersama istri dan dua anaknya. Istrinya bule, anak2 yg lucu. Satu berumur 9 tahun, satu masih 3 tahun. Aku puluhan tahun, setiap hari tidak pernah berhenti berharap menunggu saat-saat bertemu dengannya.. Tapi pertemuan itu kaku sekali, terasa ganjil... Hingga kami bertemu, dia tdk pernah tahu kalau aku tdk pernah menikah."

Saya: "Apakah mbak Hesty menyesali apa yg telah terjadi?"
Hesty: *mbak Hesty tertawa pelan, menggeleng.. "dua puluh lima tahun sy menghabiskan masa2 yg indah bersama Tigor? Masa kanak-kanak, kuliah, surat-surat itu. Dua puluh lima tahun, seperempat abad, apa yg harus sy sesalkan? skrg umur sy lewat lima puluh, dua puluh tahun lg hidup dgn mengenang masa lalu itu sj sudah cukup menyenangkan, bukan."

Saya ikut tertawa. itu point yg bagus: "Apakah mbak Hesty membenci Papa?"

A: *mbak Hesty terdiam lamaaa, hingga akhirnya menjawab: "Sy lbh membenci diri sendiri karena terlalu takut utk pergi bersama Tigor... Papa membesarkan kami keras sekali.. Penuh disiplin. Menanamkan pemahaman apapun yg kami lakukan akan mengundang sebab-akibat hidup.. seharusnya saat itu sy memahami, jangan2 Papa keras soal Tigor, agar sy benar2 yakin apakah Tigor adalah pilihan terbaik buat saya.. bukan sebaliknya, menghalangi kami seperti yg selama ini sy pahami.. jangan2 Papa keras soal Tigor, hanya utk melihat seberapa yakin saya atas keputusan yg sy lakukan... tp mau dikata apa? itu sudah terjadi... 20 tahun silam..."

Aku menghentikan pertanyaan...
Cukup. setengah jam sisa pertemuan itu dihabiskan dgn mbak Hesty memperlihatkan koleksi foto2 jadul mereka berdua... terakhir dia mengeluarkan foto paling pamungkas.. tersenyum lebar (meski matanya berkaca2 lagi); itu foto Hesty saat kamera Papa Hesty rusak.. di sebelah pohon palem yg baru setinggi mereka. Rambut ikal.. wajah menggemaskan, berebut mengacungkan dua tangan ke depan, tertawa.. "hanya utk selembar foto ini, Tigor semalaman kehujanan di halaman... aku yg memaksanya memoto dgn kamera Papa.. dan Tigor, kau tahu, Tigor akan melakukan apapun demi aku."

Aku menelan ludah; menatap lamat2 wajah cantik yg menua itu... yeah.. 20 tahun lagi hidup dgn mengenang masa lalu itu dr sisi yg positif lebih dari menyenangkan.

**naskah ini aslinya ditulis tahun 2008.
-- Tere Lije
Silahkan direnungkan...
__________________
I am ME

(^_^)
I am ME is offline  
Reply With Quote