View Single Post
Old 18 July 2012, 11:40 AM   #2
nezanra
Junior Member
 
nezanra's Avatar
 
Bergabung: Jul 2012
Posts: 23
nezanra is on a distinguished road
Default

Ya, aku memang suka dengan Yuda, mungkin sayang. Aku emosi.

“Kamu kenapa bengong, Bi?” Tegur Yuda secara mendadak. “EH? Yuda? Ga..” jawab aku dengan sedikit terbata-bata. “Keliatannya mikirin cowok, tuh? Kenapa? Nunggu ditembak? Duluin aja!” Dengar kata-kata Yuda tadi, aku malah teringat suatu iklan produk teh kemasan. “Aku kan cewek!” Ucap aku men-jiplak kata-kata dari iklan tadi. “Terus? Jaman udah beda kali, Bi. Cewek juga punya hak buat mengungkapkan.” Ucap Yuda sambil membenarkan rambutnya yang berantakan. Adegan ini sungguh adegan yang paling aku suka. “Tapi wanita bukanlah yang memulai, Yud. Udah ah..” Jawab aku sambil menundukan kepala dan menutup muka dengan jaket. “Ungkapin aja kali, kesempatan ga selalu dateng dua kali loh.” Ujar Yuda sambil mendekatkan kepala kearah aku yang sedang menunduk. “Serius? Kesempatan ga datang dua kali?” Tanya aku, hanya meyakinkan. Sekalian memperpanjang percakapan. “Iyeee..” Jawab Yuda. “Eee.. Berarti aku harus... Ngungkapin yang jujur?” Yuda mengangguk. “Sejujur-jujurnya?” Tanya aku bertele-tele. “Iya! Elah banyak tanya.” Aku kembali duduk dengan tegak dan menghela nafas panjang. Jantung ga karuan, mau ngomong aja aku susah. “A-aku...” Ucap aku terbata-bata. “Kamu kenapa?” Tanya Yuda. “Ga jadi, ah...” Aku menahan perkataan aku, nyesek sih mendem perkataan hati. “Ga lucu ah! Aku ga suka yang setengah-setengah.” Ujar Yuda dengan muka serius. “Aku tuh suka sama kamu, Yud.” Ujar aku lantang, untung di Aula tidak ada siapa-siapa. “Apa maksud kamu?” Tanya Yuda dengan sangat ketus. Salah deh aku ngambil waktunya. “Ya, aku suka sama kamu. Something wrong?” Tanya aku melembutkan nadaku. “Ga ada yang salah, jangan bilang kamu menganggap semua yang aku lakukan sama kamu sebuah harapan dan kesempatan buat kamu suka dan sayang sama aku?” Pertanyaan yang sangat rumit untuk dijawab. Aku hanya bisa mengangguk, kalau aku jawab, aku takut salah jawab. “Ku mohon, Bi. Itu hanya sekedar perhatian biasa aku ke sahabat. Aku dekat sama kamu, karena cuma kamu satu-satunya cewek yang ngegambarin Dina. Kamu tuh ga ada apa-apa-nya di hati aku.” Hatiku serasa ditusuk beribu samurai, setelah itu disiram air garam. Perih. “Ma-maaf, a-aku ga maksud k-ko, Yud.” Jawab aku dengan menitikan air mata, aku memang salah. Aku terlalu menganggap semua perhatian Yuda adalah sebuah harapan, tapi ternyata itu semua hanyalah harapan kosong semata. “Bukannya aku ga sayang sama kamu, Bi. Toh, kita ini sahabat kan? Aku ga mau kita sampai ada hubungan lebih, itu hanya membuat rusak semua keadaan. Derajat sahabat buat aku lebih tinggi dari segalanya. Aku sudah nganggep kamu itu adek aku. Maaf, aku nolak semua perasaan kamu. Bukan karena apa-apa, aku masih sayang dan cinta sama Dina. Walau dia udah ga ada di samping kita.” Aku sangat tertegun dengan kata-kata yang Yuda kasih. Aku cuma bisa menangis tanpa kata-kata. “Ga usah nangis. Buat apa? Kamu kan bukan siapa-siapa aku.” Aku semakin menjadi-jadi. Yuda meninggalkan aku sendirian di Aula. Aku terduduk di bangku dan menyenderkan kepala ke tembok. Aku sadar aku salah. Kini, aku dan Yuda renggang. Kebetulan audisi sudah selesai, jadi kita udah ga terikat kerja bareng lagi. Sepi, hanya sepi yang aku rasakan.

“Dina, aku kemaren bilang ke Yuda, pacar yang paling indah buat kamu, kalo aku suka sama dia. Maaf ya, Din. Sumpah aku ga maksud buat ngerebut dia dari kamu, hanya perasaan aku ga bisa munafik, terlebih hati aku. Kamu tau kan rasanya memendam perasaan? Sakit kan? Makanya aku mengungkapkan semuanya ke Yuda. Kamu tau dia jawab apa? Dia ga mau menerima semua perasaan aku, pertama karena dia ga mau ngerusak keadaan karena aku udah sahabatan sama dia, kedua dia udah ngangep aku adek, dan kamu tau yang terakhir apa? Dia masih sayang banget sama kamu dan cinta banget sama kamu. Aku salut sama dia, dan emang aku ga berhak buat dapetin dia. Maaf ya, Din.” Aku hanya bisa berbicara sendiri didepan batu nisan. Aku menangis hingga membasahi tanah pemakaman. Kenapa kamu begitu cepat pergi? Aku disini sangat-sangat kesepian. Mungkin kalau kamu tidak pergi, semua ini tidak akan terjadi. Aku tidak akan merasakan jatuh cinta, dan merasakan sakitnya jatuh dari cinta. Dan rasanya itu sangatlah perih. Mungkin kalau menghadapi cinta harus menerima beribu resiko. Kita sudah bersedia terbang meski akan terjatuh.
Cinta itu layaknya bunga mawar, terlihat sangat indah tetapi akan sangat perih jika mengenai duri yang ada di tangkai mawar. Cinta juga layaknya pecahan kaca, jika sudah pecah, jangan memaksakan diri untuk menyusunnya kembali, karena jari tangan kita dapat tersayat oleh pecahan kaca yang tajam, biarkanlah mereka terpecah dan takkan tersusun lagi.
nezanra is offline  
Reply With Quote