Sekolah.org

Go Back   Sekolah.org Ekstrakurikuler Sastra

Reply silakan bergabung untuk ikut diskusi :-)
 
Thread Tools
Old 18 July 2012, 11:39 AM   #1
nezanra
Junior Member
 
nezanra's Avatar
 
Bergabung: Jul 2012
Posts: 23
nezanra is on a distinguished road
Thumbs up Kematianmu bukan kematianku

Aku diam membeku. Ibu memelukku erat hingga aku tidak bisa berkutik. Perlahan tanpa aku sadari, air mataku semakin mengalir deras membasahi pipiku ini, kakiku melemas dan terjatuh ke tanah. Aku tidak sanggup untuk menerimanya, sungguh aku menginginkan bahwa ini adalah mimpi bukanlah kenyataan yang harus aku jalani. Dia telah dikebumikan, Dina seorang sahabat terbaik dalam hidupku mengehembuskan nafas terakhirnya dalam kecelakaan mobil sejam setelah aku dan dia bermain di rumahku. Sumpah, aku tidak menyangka bahwa itu adalah kenangan terakhir aku dengannya, yang aku ingat hanyalah kata-kata dia sesaat sebelum pulang, dia berkata, “Bi, sumpahnya hari ini rame banget, bisa ga ya kita ulangin hari kaya gini terus? Bisa ga ya kita ketemu besok? Aku bakal kangen banget sama kamu, sama hari ini, dan hari sebelum-sebelumnya. Tapi aku harus ‘pulang’ sekarang, kita udah ga ada waktu lagi. Dadaah, sampai ketemu dilain waktu.” Aku rasa, ‘pulang’ yang dia maksud adalah pulang dan tak akan kembali lagi. Kenapa kamu secepat ini? Kapan kita bisa ketemu lagi? Memang benar kata orang-orang, kehilangan adalah hal terberat didunia ini.

Ini adalah lah hari ke 365 setelah Dina dikebumikan. Ya, sudah setahun Dina ‘pulang’. Selama setahun juga aku masih sangat sangat merindukan Dina. “Biancaa!!” Terdengar seseorang memanggil aku dari belakang sana, saat aku menoleh ternyata dia adalah Yuda. Ia tergopoh-gopoh berlari kearahku sambil membawa tumpukkan kertas entah isinya apa, kurasa itu brosur. “Apa Yuda?” tanyaku setelah Yuda telah mendekati aku. Ini kali pertama aku berbincang dengan dia, kita memang saling mengenal, tetapi kita tidak pernah mengobrol sekalipun. “Ini, ada brosur pendaftaran penyanyi Solo yang bakal diadain nanti bulan depan. Kamu kan anggota mading sekolah, aku minta izin ya buat nempelin ini di mading?” Jawab Yuda panjang lebar, dia tersenyum walaupun dengan nafas tak beraturan karena habis berlari. “Oh. Ya udah sok aja, perlu dibantu?” Tawar aku. “Ah, gausah lah, Bi. Makasih, ya!” ucap Yuda sambil tersenyum lebar hingga gigi yang berkawat itu begitu terlihat jelas. “Ya, sama-sama.”
Jam menunjukkan pukul 11 malam. Aku sudah menutup buku pelajaranku, mematikan lampu dan membalut tubuhku dengan selimut, perlahan aku menutup mata dan akan berangkat ke alam mimpi. Tapi aku terbangun kembali saat aku melihat HP, ada satu pesan diterima. Nomornya tidak ada di kontak aku, saat aku buka ternyata dari seseorang yang sangat tak terduga, “Bi, aku boleh minta tolong sama kamu ga? Hhe. Yuda.” Apa? Dari Yuda? Tau darimana dia nomor aku? Minta tolong apa? Selarut malam ini? Aku pun membalas sms dia dengan singkat. “Iya, apa?” tak berapa lama kemudian dia membalas sms aku, “Hhe ga kok, Bi. Aku Cuma minta tolong, kamu mau ga ngebantuin aku ngurusin audisi penyanyi Solo disekolah kita itu?”
“Ha? Knp ke aku yud? Haha insyaallah.”
“Ya aku tau kamu orgnya bertanggung jawab, mau ya? Ya yaya? :-)” Entah kenapa aku tersenyum tahu bahwa Yuda mengirimkan simbol tersenyum itu kepadaku.
Alah ga jg kale :-P okeoke aku mau ko yud ;-)” Jawab aku yang mendadak jadi ga singkat-singkat lagi.
Wah? Seriusan nih bi? Wahaha makasih banyak ya besok aku tunggu didepan kelas aku, byeee :-D”
Aku tidak membalas sms dia, aku hanya membacanya, aku sudah sangat mengantuk. Tetapi sesaat aku akan tertidur, bibirku entah tidak bisa berhenti tersenyum, entah.
Keesokkan harinya, saat jam pulang sekolah aku mendatangi kelas Yuda yang berjarak 2 kelas dari kelas aku. Ternyata Yuda juga baru keluar dari kelas, kebetulan. “Etdah kaya sinetron aja, kebetulan nih baru aja mau nyamperin kamu udah ada didepan kelas.” Ujar aku sambil tersenyum lebar. “Wah masa? Aku juga udah mau nyamperin kamu padahal.” Jawab Yuda dan membenarkan rambut. Yuda terlihat sangat ganteng saat membenarkan rambut, matanya juga itu buat aku rasanya udah mau meleleh, giginya yang berbehel jadi pemanis di giginya, sejenak aku mulai berpikiran sepertinya dia bisa deh jadi personil barunya SM*SH, KW supernya Bisma. “Woi? Kok ga dijawab?” tegur Yuda membuyarkan lamunanku tentang SM*SH. “Eh, ga kok. Apa kamu suka SM*SH?”
“Hah?! Kok kamu jadi ngawur sih, Bi? Kamu Smashblast?”
“EH! Kenapa jadi ngomongin SM*SH? Udah yuk ah kita urusin audisi.”
Kenapa aku jadi salah tingkah gini sih? Sadar Bi!
Semenjak jadi panitia audisi Penyanyi Solo di sekolah, aku sama Yuda jadi semakin dekat tiap hari. Malah kita berdua sering telefon-telefonan tiap malam. Yuda orangnya sangat humoris, dan sangat sangat ramah, pantas saja Dina sampai sangat jatuh cinta kepadanya.

“Apa kabar kamu hey? Ga kerasa kita udah lama banget ya ga ketemu, kita udah ga pernah berduaan lagi, ga pernah nyanyi sambil ngegitar lagi, dan yang paling aku kangenin tuh kalo kita udah gila-gilaan berdua.”
Terdengar kata-kata itu dengan sayup dari kejauhan, aku melihat sesosok lelaki memakai kemeja kotak-kotak dengan memakai topi berwarna merah-ijo-putih. Terlihat sesosok lelaki itu tengah menunduk, sangat menunduk dihadapan batu Nisan yang tertulis “Dina Chintya”. Lelaki itu memegang setangkai bunga mawar putih, terlihat lelaki itu sangat terbawa suasana haru. Pasti lelaki itu sangat terpukul dengan kepergian Dina, sehingga dia sesedih itu. Lelaki itu terlihat sedang menangis, karena beberapa kali aku melihat dia seperti mengusap bagian bawah mata dan pipinya. Aku rasa bukan hanya dia juga yang terpukul atas kepergian dia satu tahun silam, aku juga sama seperti itu. Tadinya, aku ingin bergabung dengan lelaki itu, hanya saja aku tidak enak. Akhirnya aku memutuskan kembali pulang lagi.

Sudah satu bulan aku dan Yuda terlibat dalam audisi Penyanyi Solo di sekolah. Kami berdua jadi semakin dekat, sangat-sangat dekat. “Biancaaa!” Teriak Yuda menyapa aku, saat masuk Aula, tempat audisi yang akan diadakan hari ini. “Hei, Yud! Baru dateng kau, ngaret dasar.” Ucapku santai sambil melihat kertas-kertas pendaftaran. “Ehem..” Dehem Yuda didepan mukaku sambil tersenyum. DEG! Aku rasa mukaku memanas dan memerah, jantung juga sama ga karuan-nya kaya muka aku. Suasana membuat aku salah tingkah, karena kebetulan di Aula hanya aku dengan dia, dan Aula ini besar yang membuat keadaan sunyi senyap. “KAMU NGAPAIN YUD?!” Teriak aku tidak santai. Yuda hanya tertawa puas. “Salting ya?” Cetus Yuda dengan dinginnya. “Ebuset males banget!” Aku berdusta. “ah masa?” Ucap Yuda menggoda. Saat itu juga aku ingin memukul muka Yuda dengan sepatu yang aku kenakan. “Eh audisi udah mau mulai! Jadi ga usah bahas masalah ini dulu, Okey?” Aku mendadak ketus terhadapnya, akhirnya kita-pun melakukan audisi Penyanyi Solo untuk pentas seni sekolah.

“Akhirnya selesai juga audisinya..” Ucap aku sambil merebahkan diri di kursi. “Hahaha, iya. Capek juga ngedengerin orang nyanyi terus.” Jawab Yuda ikut merebahkan diri di kursi sebelah aku. Suasana kembali hening, aku tidak menjawab ucapan Yuda tadi, bingung mau jawab apa. “Close ur eyes, give me ur hands darling. Do you feel my heart beatin’? Do you understand? Do you feel the same? Or am I only dreamin’? It is burning, an Eternal Flame.” Aku bernyanyi lagu Attomic Kitten – Eternal Flame untuk mengisi keheningan diantara kami berdua. “Bi... kenapa kamu menyanyikan lagu itu, sih?” Tanya Yuda dengan mata yang berkaca-kaca. “Ah? Emang aku salah apa Yud?” Aku tanya balik. “Itu lagu mengingatkan aku pada seseorang banget...” Jawab Yuda dengan ekspresi galau maksimalnya. “Siapa?” Aku kembali bertanya. “Kamu pasti tahu...”. “Oh ya, aku tahu...”

Apa yang aku rasakan kemarin? Aku salting sama si Yuda? Ada apa sama aku? Kenapa sama kamu? Aku bisa suka sama mantan terindah sahabat aku sendiri? GA MUNGKIN! Kenapa dengan aku? Pertanyaan itu begitu bertubi-tubi menghujam otakku. Ga sih, ga mungkin banget aku bisa suka sama Yuda, dia kan sahabat aku sendiri. Gila kocak banget deh kalau aku beneran suka sama Yuda. Ga! Ga mungkin! Ga! Gamungkin! Ga mungkin aku ngebohongin hati aku sendiri.
nezanra is offline  
Reply With Quote
Old 18 July 2012, 11:40 AM   #2
nezanra
Junior Member
 
nezanra's Avatar
 
Bergabung: Jul 2012
Posts: 23
nezanra is on a distinguished road
Default

Ya, aku memang suka dengan Yuda, mungkin sayang. Aku emosi.

“Kamu kenapa bengong, Bi?” Tegur Yuda secara mendadak. “EH? Yuda? Ga..” jawab aku dengan sedikit terbata-bata. “Keliatannya mikirin cowok, tuh? Kenapa? Nunggu ditembak? Duluin aja!” Dengar kata-kata Yuda tadi, aku malah teringat suatu iklan produk teh kemasan. “Aku kan cewek!” Ucap aku men-jiplak kata-kata dari iklan tadi. “Terus? Jaman udah beda kali, Bi. Cewek juga punya hak buat mengungkapkan.” Ucap Yuda sambil membenarkan rambutnya yang berantakan. Adegan ini sungguh adegan yang paling aku suka. “Tapi wanita bukanlah yang memulai, Yud. Udah ah..” Jawab aku sambil menundukan kepala dan menutup muka dengan jaket. “Ungkapin aja kali, kesempatan ga selalu dateng dua kali loh.” Ujar Yuda sambil mendekatkan kepala kearah aku yang sedang menunduk. “Serius? Kesempatan ga datang dua kali?” Tanya aku, hanya meyakinkan. Sekalian memperpanjang percakapan. “Iyeee..” Jawab Yuda. “Eee.. Berarti aku harus... Ngungkapin yang jujur?” Yuda mengangguk. “Sejujur-jujurnya?” Tanya aku bertele-tele. “Iya! Elah banyak tanya.” Aku kembali duduk dengan tegak dan menghela nafas panjang. Jantung ga karuan, mau ngomong aja aku susah. “A-aku...” Ucap aku terbata-bata. “Kamu kenapa?” Tanya Yuda. “Ga jadi, ah...” Aku menahan perkataan aku, nyesek sih mendem perkataan hati. “Ga lucu ah! Aku ga suka yang setengah-setengah.” Ujar Yuda dengan muka serius. “Aku tuh suka sama kamu, Yud.” Ujar aku lantang, untung di Aula tidak ada siapa-siapa. “Apa maksud kamu?” Tanya Yuda dengan sangat ketus. Salah deh aku ngambil waktunya. “Ya, aku suka sama kamu. Something wrong?” Tanya aku melembutkan nadaku. “Ga ada yang salah, jangan bilang kamu menganggap semua yang aku lakukan sama kamu sebuah harapan dan kesempatan buat kamu suka dan sayang sama aku?” Pertanyaan yang sangat rumit untuk dijawab. Aku hanya bisa mengangguk, kalau aku jawab, aku takut salah jawab. “Ku mohon, Bi. Itu hanya sekedar perhatian biasa aku ke sahabat. Aku dekat sama kamu, karena cuma kamu satu-satunya cewek yang ngegambarin Dina. Kamu tuh ga ada apa-apa-nya di hati aku.” Hatiku serasa ditusuk beribu samurai, setelah itu disiram air garam. Perih. “Ma-maaf, a-aku ga maksud k-ko, Yud.” Jawab aku dengan menitikan air mata, aku memang salah. Aku terlalu menganggap semua perhatian Yuda adalah sebuah harapan, tapi ternyata itu semua hanyalah harapan kosong semata. “Bukannya aku ga sayang sama kamu, Bi. Toh, kita ini sahabat kan? Aku ga mau kita sampai ada hubungan lebih, itu hanya membuat rusak semua keadaan. Derajat sahabat buat aku lebih tinggi dari segalanya. Aku sudah nganggep kamu itu adek aku. Maaf, aku nolak semua perasaan kamu. Bukan karena apa-apa, aku masih sayang dan cinta sama Dina. Walau dia udah ga ada di samping kita.” Aku sangat tertegun dengan kata-kata yang Yuda kasih. Aku cuma bisa menangis tanpa kata-kata. “Ga usah nangis. Buat apa? Kamu kan bukan siapa-siapa aku.” Aku semakin menjadi-jadi. Yuda meninggalkan aku sendirian di Aula. Aku terduduk di bangku dan menyenderkan kepala ke tembok. Aku sadar aku salah. Kini, aku dan Yuda renggang. Kebetulan audisi sudah selesai, jadi kita udah ga terikat kerja bareng lagi. Sepi, hanya sepi yang aku rasakan.

“Dina, aku kemaren bilang ke Yuda, pacar yang paling indah buat kamu, kalo aku suka sama dia. Maaf ya, Din. Sumpah aku ga maksud buat ngerebut dia dari kamu, hanya perasaan aku ga bisa munafik, terlebih hati aku. Kamu tau kan rasanya memendam perasaan? Sakit kan? Makanya aku mengungkapkan semuanya ke Yuda. Kamu tau dia jawab apa? Dia ga mau menerima semua perasaan aku, pertama karena dia ga mau ngerusak keadaan karena aku udah sahabatan sama dia, kedua dia udah ngangep aku adek, dan kamu tau yang terakhir apa? Dia masih sayang banget sama kamu dan cinta banget sama kamu. Aku salut sama dia, dan emang aku ga berhak buat dapetin dia. Maaf ya, Din.” Aku hanya bisa berbicara sendiri didepan batu nisan. Aku menangis hingga membasahi tanah pemakaman. Kenapa kamu begitu cepat pergi? Aku disini sangat-sangat kesepian. Mungkin kalau kamu tidak pergi, semua ini tidak akan terjadi. Aku tidak akan merasakan jatuh cinta, dan merasakan sakitnya jatuh dari cinta. Dan rasanya itu sangatlah perih. Mungkin kalau menghadapi cinta harus menerima beribu resiko. Kita sudah bersedia terbang meski akan terjatuh.
Cinta itu layaknya bunga mawar, terlihat sangat indah tetapi akan sangat perih jika mengenai duri yang ada di tangkai mawar. Cinta juga layaknya pecahan kaca, jika sudah pecah, jangan memaksakan diri untuk menyusunnya kembali, karena jari tangan kita dapat tersayat oleh pecahan kaca yang tajam, biarkanlah mereka terpecah dan takkan tersusun lagi.
nezanra is offline  
Reply With Quote
Old 18 July 2012, 11:41 AM   #3
nezanra
Junior Member
 
nezanra's Avatar
 
Bergabung: Jul 2012
Posts: 23
nezanra is on a distinguished road
Default

Aku hanya bisa menangis, aku terjebak diantara keadaan yang cukup dilema. Aku merasa bahwa aku telah jatuh. Aku kehilangan sahabat aku karena kematiannya, dan aku mencintai sahabat aku sendiri.
“Kamu jangan jadi kecoa, dong!” Tegus Yuda. Aku sangat kaget. “Yud? Kenapa kamu disini? Terus apa hubungannya sama kecoa?” Jawab aku sambil menghapus air mataku, dan mencoba untuk tenang. “Kecoa tuh kalo udah jatuh ga bisa ke posisi awal kan?” Tanya dia sambil tersenyum. “Iya, terus?” Tanya aku yang masih tidak mengerti. “Ya kamu jangan kaya kecoa dong, masa udah jatuh ga bisa bangun lagi? Ayo, dong! Bangun lagi, buktiin kalo kamu bukan kecoa. Ga elit kan?” Ujar Yuda menyemangati. Aku tersenyum sangat lebar. “Hahaha makasih banget ya, Yud. Maaf soal kemarin kemarin. Aku ga maksud kok, sumpah.” Jawab aku sambil tetap menghapus air mataku. “Nyatai aja sih, aku ga anggep serius yang kemarin kemarin kok. Anggap ga pernah terjadi aja.” Ucap Yuda sambil tersenyum. “Dina, aku masih sayang sama kamu. Sekarang tanggal 15. Inget kan? Kita udah 3tahun. Selamat ya, aku sayang kamu.” Ucap Yuda sambil mengelus batu nisan. Aku menangis. “Dina, selamat ya... Beruntung kamu dapat cowok kaya Yuda. Maafin aku ya kalo aku ada salah, aku juga sayang sama kamu.” Timpal aku sambil ikut mengelus batu nisan Dina. Sepertinya, hanya Dina yang bisa menyatukan aku dengan Yuda. “Bi, makasih ya udah mau ngegantiin Dina selama ini di dunia, aku juga sayang sama kamu kok. Sebagai sahabat.” Ujar Yuda sambil menepuk pundak aku dan tersenyum lebar hingga behel yang berwarna abu itu makin terlihat jelas. “Sama-sama. Aku juga sayang kamu sebagai kakak.” Jawab aku sambil tersenyum lebar.

Sepertinya cinta tapi mengapa benci
Sepertinya benci tapi mengapa suka
Sepertinya suka tapi mengapa ingkat
Sepertinya ingkar tapi mengapa ada getar yang kian lama terus mengetuk keterasingan.
Terusirku dari lamun,
Dan saat mata terbuka,
Dia—pemamah segala damba yang kurajut dalam cerita
Mimpi dan tak berwujud nyata
Kini datang dengan pesona barunya.
Merama-rama dikepala,
Menyisakan secuil bahagia yang tertunda
Siapa gerangan dia?
Sebuah pertanyaan tiba-tiba menohokku di kala senja menjemput
Kalau dia hanya sekedar bayangan dalam mimpi,
Mengapa dia terasa begitu dekat?
Sepertinya dia meninggalkan kenangan
Sepertinya dia nyata dalam genggaman
Sepertinya dia hidup dalam pikiran
Sepertinya aku tau siapa gerangan
Dia bukan orang yang asing, karena dia adalah sahabat aku sendiri.
Aku tidak memedulikan apa yang ada dipikiran Yuda saat aku mengungkapkan perasaan aku, aku tidak peduli Yuda menganggap aku sebagai siapa dia, aku tidak peduli. Aku hanya ingin dia sekedar tahu bagaimana perasaan aku terhadapnya. Aku hanya ingin dia sedikitnya menghargai perasaan aku. Aku bisa sayang sama dia tanpa aku harus memilikinya.

12 tahun berlalu. 12 tahun juga aku menjalani hari hari aku tanpa sahabat yang paling aku sayang, siapa lagi kalau bukan Dina. Kini, aku sudah mempunyai seorang suami yang sangat pengertia, dan sangat aku cintai. Mungkin dia sosok yang sangat tidak asing. Dia adalah Yuda Prawira. Ya, dia adalah mantan kekasih Dina 13 tahun silam. Dahulu, kita memang sempat mempunyai konflik satu sama lain, tapi seiring waktu berjalan, Yuda juga mempunyai masa depan. Dia berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Dina. Akhirnya dia jatuh pada pangkuan cinta aku. Awalnya memang aneh, tapi akhirnya setelah menjalin hubungan selama 5 tahun dengan berbagai konflik, permasalahan, dan banyak lagi. Akhirnya kita memutuskan untuk menikah. Yuda sudah bisa melupakan dan meninggalkan perasaan sayang dan cinta dia untuk Dina.
Dina, kamu adalah sahabat terbaik yang ada didalam hidupku. Kamu tidak akan tergantikan. Tapi sayangnya kamu telah terlebih dahulu pergi dari kehidupan yang begitu keras ini. Aku berdo’a agar kamu tenang disana, dan diterima di sisiNya. Maafin aku sebelumnya udah suka sama mantan kamu... Aku ga ada maksud buat ngambil kesempatan. Hanya saja perasaanku mengalir begitu saja, tanpa aku sadari aku menyimpan perasaan terhadapnya. Tapi tenang kok, Yuda masih sayang banget sama kamu. Jadi, aku mengundurkan diri. Aku lebih baik jadi sahabat dia. Makasih ya udah jadi sahabat aku selama seumur hidup kamu. Menyari musuh itu sangat gampang, tetapi mendapatkan sahabat baik seperti kamu kurasa aku harus mencari hingga ke ujung dunia. Dan aku baru sadari, bahwa dunia tidak ada ujungnya. Jadi, percuma saja kan?
Dina, janganlah kamu melupakan kenangan kita selama di dunia ini. Begitu manis untuk dilupakan. Aku akan selalu mengingat semua apa yang telah kita jalani. Aku tidak akan melupakanmu. Biarkanlah aku melupakanmu dengan kematianku, bukan karena kematianmu.
-SELESAI-
-karya:dezara judhitia-

nezanra is offline  
Reply With Quote
Old 18 July 2012, 04:39 PM   #4
Carlina
Junior Member
 
Carlina's Avatar
 
Bergabung: Jul 2012
Location: Depok 2 timur
Posts: 10
Carlina is on a distinguished road
Default

hmm .. baguss . thx ya cerita nya nezanra
Carlina is offline  
Reply With Quote
Reply silakan bergabung untuk ikut diskusi :-)

Thread Tools


Similar Threads
Thread Thread Starter Forum Replies Post Terakhir
takut ku... bukan berarti ku... hidari Sastra 0 18 April 2012 07:45 PM
bukan surat cinta nissa Kenalan Yuk! 4 23 March 2012 04:06 PM
Ini bukan puisi(writer's block) ^peri_kecil^ Sastra 1 21 December 2011 08:05 PM
bukan untuk mu imamoko Sastra 0 15 August 2011 12:08 AM
bukan pilihan hidari Sastra 0 15 July 2011 12:18 AM


Zona waktu GMT +7. Waktu saat ini adalah 09:19 AM.


Powered by vBulletin®
Copyright © Jelsoft Enterprises Ltd.