Belajar dari burung dan cacing

hidari · 14 July 2011, 08:36 AM

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.

Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu Cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus puasa. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus berpuasa.

Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya ?kantor? yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah. Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya.

Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga.

Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki . Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi? padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.
Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

I am ME · 20 July 2011, 03:58 PM

Nice post mas!!!
Thanks for reminding us

Aq tw kenapa kok ga ada burung yg minum racun,
Karna, harga racun lebih mahal dr pd pisang,,, wkwkwk

Tp, aq geli juga ngebayangin ada cacing yg ngebenturin kepalanya ke batu...
Cacing gila tuh, xixixixi...

hidari · 22 July 2011, 01:04 AM

Originally Posted by I am ME

Nice post mas!!!
Thanks for reminding us

Aq tw kenapa kok ga ada burung yg minum racun,
Karna, harga racun lebih mahal dr pd pisang,,, wkwkwk

Tp, aq geli juga ngebayangin ada cacing yg ngebenturin kepalanya ke batu...
Cacing gila tuh, xixixixi...

he.... bisa ja,

I am ME · 22 July 2011, 04:01 PM

ya bisa dong...
orang aq dibisikin burungnya, dy curhat sama aq kemaren...

hidari · 22 July 2011, 06:40 PM

Originally Posted by I am ME

ya bisa dong...
orang aq dibisikin burungnya, dy curhat sama aq kemaren...

emh gt yah,
jadi penasaran curhatnya pa ja???
he..... ^_^

I am ME · 29 July 2011, 03:34 PM

wuiiih..., banyak bgt curhatnya, sambil nangis2...
aq aja sampe cape dengerinnya... whew!!!

hidari · 29 July 2011, 06:01 PM

Originally Posted by I am ME

wuiiih..., banyak bgt curhatnya, sambil nangis2...
aq aja sampe cape dengerinnya... whew!!!

hahahaahha,
dasar he..
^_^

14 July 2011, 08:36 AM	#1
hidari Senior Member Bergabung: Nov 2010 Location: bandung Posts: 2,925	Belajar dari burung dan cacing Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing. Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu Cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus puasa. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus berpuasa. Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya ?kantor? yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah. Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan. Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki . Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu. Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi? padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa. Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

20 July 2011, 03:58 PM	#2
I am ME Senior Member Bergabung: Jan 2011 Location: The World of ME Posts: 2,955	Nice post mas!!! Thanks for reminding us Aq tw kenapa kok ga ada burung yg minum racun, Karna, harga racun lebih mahal dr pd pisang,,, wkwkwk Tp, aq geli juga ngebayangin ada cacing yg ngebenturin kepalanya ke batu... Cacing gila tuh, xixixixi... __________________ I am ME (^_^)

22 July 2011, 04:01 PM	#4
I am ME Senior Member Bergabung: Jan 2011 Location: The World of ME Posts: 2,955	ya bisa dong... orang aq dibisikin burungnya, dy curhat sama aq kemaren... __________________ I am ME (^_^)

29 July 2011, 03:34 PM	#6
I am ME Senior Member Bergabung: Jan 2011 Location: The World of ME Posts: 2,955	wuiiih..., banyak bgt curhatnya, sambil nangis2... aq aja sampe cape dengerinnya... whew!!! __________________ I am ME (^_^)

Similar Threads
Thread	Thread Starter	Forum	Replies	Post Terakhir
Itu Lebih Dari Cukup	Ray_Indra	Sastra	6	19 May 2011 01:29 PM
Separuh dari Satu	Gedy	Sastra	8	5 May 2011 11:17 AM
bahasa itu berasal dari kata apa	boypermana	Bahasa Indonesia	15	9 April 2011 07:54 PM
Perkenalan awal dari pertemanan	awan langit	Kenalan Yuk!	1	21 March 2011 01:08 PM
salam kenal dari bandung	gadjahmada_lho	Kenalan Yuk!	1	25 January 2011 06:08 PM