Bayangan Kala Senja (part. 1)

[deanGREEN]

Cinta....
Adakah sungguh cinta sejati itu
Yang mereka bilang pasti akan tiba...
Entah suatu saat nanti...

Apakah cinta itu hanya menyakiti?
Jika rasa ini yang terus tercicipi...

Kau...

Mungkinkah suatu saat nanti kau kan disisi
Dengan sebuah rasa yang disebut CINTA.....

Aku duduk termangu. Mataku masih isyaratkan luka. Luka yang sebisa mungkin coba ku tepis. Luka yang ingin segera ku buang jauh-jauh. Hingga aku tak merasakan sakitnya lagi. Hingga aku bisa tertawa dengan bahagia..

Sebenarnya masalahnya hanya sepele. Aku mencintai, dan kupikir dia juga mencintai. Tapi ternyata instingku salah. Dia punya kekasih. Aku menyesal dengan hipotesa bodoh ini. Muak rasanya dengan diriku sendiri.

Kupikir aku hanya marah karena kecerobohanku dalam hal menduga-duga. Tapi entah, luka yang kurasa lebih dari itu. Aku seperti hilang arah. Mengingatmu seperti mengingat derita zaman penjajahan. Aku seperti dihianati, seperti terinjak-injak dengan luka tak kasat mata. Apa ini yang sering mereka sebut dengan 'patah hati'???

Andi......
Nama itu seolah menjadi pahatan permanen dalam hatiku. Sudah 3 tahun aku mengenalnya, sejak aku pertma kali duduk dibangku SMU. Karena dia, aku tahu apa itu namanya cinta. Dan karena ia pula aku tak pernah tahu, seperti apa rasanya pacaran...

Perhatian dan sikapnya yang berbeda seolah memberiku harapan...
Yang ku tahu kini ternyata itu hanyalah harapan palsu...

Aku mengenalnya ketika aku memasuki ekstrakurikuler Pencinta Alam. Aku dan teman-teman menjadi angkatan pertama. Cukup bangga, ketika kami disebut angkatan perintis. Ia membantu pembina dalam kegiatan lapangan. Karena kegiatan lapangan tentu membutuhkan pengawasan yang lebih dan tak bisa dikerjakan seorang diri oleh pembinaku.

Tampan???

Lumayan... Hidungnya mancung dan hitam manis....
Hanya saja tubuhnya tidak terlalu tinggi. Dan bisa kupastikan bahwa aku lebih tinggi daripada dia...

Waktu itu ia lulus SMK dua tahun lalu, jadi jika kuhitung jarak usia kami adalah 5 tahun....

Kegiatan naik gunung pertama menjadi awal pertemuan kami...

Ia tersenyum manis padaku. Aku tak membalas. Aneh sekali orang ini pikirku....

Selama perjalanan ia terus mendekatiku. Aku masih saja merasa aneh. Aku biarkan dia dengan sikap jutek
Kelompok pencinta alam sangat terkenal dengan jiwa 'kebersamaan'nya. Oleh karena itu ia cepat akrab dengan teman-temanku. Tapi tidak denganku...

Tampaknya ia menyadari kesan pertamaku padanya yang kurang baik. Iapun mulai menjauh. Bersyukur sekali pikirku...

Ketika sampai dipuncak, aku lihat ia bersama dengan sahabatku, Reni. Mereka sangat akrab. Saling bercanda. Bahkan teman-temanpun menjodohkan mereka berdua dalam canda yang menurut mereka sangat asyik. Tapi aku sama sekali tidak tertarik

Saat turun, entah mengapa aku,dia, dan Reni berjalan dibelakang. Teman-teman sudah berjalan mendahului kami. Hujan yang tidak terlalu lebat cukup membuat jalan menjadi licin. Reni sering terpeleset. Dan dengan aksi heroik Andi membantu Reni berdiri. Aku seperti jadi kacung di belakang mereka

Sepanjang perjalanan aku bersikap jutek seolah mempersilahkan mereka asyik dengan canda-canda basi mereka aku seolah tak peduli dan berusaha tak mendengarkan apa yang mereka omongkan.

Sampai saatnya aku terjatuh. Sialan pikirku!
mereka berdua tertawa. Karena inilah pertama kalinya aku terpeleset. Aku kesusahan untuk berdiri karena tas ku lumayan berat setelah diguyur hujan.

Andi mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Dengan sigap aku berdiri sendiri seolah tak mempedulikannya. Ia menunduk.Tatapannya menjadi aneh..

Aku semakin menanggapi perkataanya dengan ketus. Kami juga sering terlibat dalam perdebatan-perdebatan sepele yang sangat tak penting. Aku tak tahu kenapa aku bersikap seperti ini...

"Sudahlah, jangan bertengkar. Seperti tikus dan kucing aja!"
Reni melerai

Aku tak mengerti mengapa pertemuan kami yang buruk itu seolah menjadi pertemuan sakral.

Karena sejak saat itu....
Aku selalu memikirkannya........

Sementen riyen nggeh

......