Ku ukir penuh cinta

[Ai Nurmala Neko]

Cinta, ialah belenggu hasrat duniawi bak bahtera di padang bahari yang menjadi ibu seluruh umat manusia. Ia mampu mengambang rasa, menenggelamkan akal pikiran kepada satu janji sepasang merpati. Sekilas, cinta tampak seperti bayang-bayang nafsu bagi yang ingkar, memilih menodai cinta demi kenikmatan semu. Sejatinya, airmata mampu menambah keindahan bercintanya dua insan yang dengan tulus mengharap nur putih cinta. Benalu yang menancap di puing mimpi pun menjadi putih saat dihadapi bersama. Cinta, waktu terasa berjalan cepat sekiranya ia menyapa. Terasa lama, sekiranya ia terlepas dari pandangan dan hembusan napas. Dua roh kehidupan yang beradu cinta akan merasakan kasih dan menghargai nyawanya dalam dunia, sekalipun khayalan bunga tidur yang hanya dirasakan di malam hari. Cinta, sungguh anugerah ternikmat yang dijamah bumi, langit, dan surga.

Cinta, ialah rasa tak ada mati meski tubuh terkubur ajal. Senantiasa berhembus laksana angina. Orang yang merasakan cinta selalu merasakan indahnya hidup meski belati mengiril lirih. Napasku terasa sesak kala hujan menggenangi wajahku dihamparan lara. Lara karena merindukan kekasih tercinta. Cinta kadang membuat buta, tapi keelokannya benar-benar membuatku tak berdaya. Sejatinya, meski digantung ketidak pastian, aku berani bersumpah pada-Nya, aku mencintai kekasihku dan akan tetap setia padanya. Aku disini mencintainya, menjelma menjadi Hawa yang mencintai Sang Adam. Tak menjadi perih seberat apapun rintangan, karena aku ikhlas mencintainya sepenuh hati, jiwa dan raga. Asal bisa bersama, aku bahagia. Aku justru takut Dia memisahkanku dan dia seperti Adam dan Hawa yang terpisah tatkala keluar dari surgawi. Kematian, ialah ketakutan bagi kamiyang tak ingin dipisahkan. Apapun cobaan, tak sebanding dengan pedihnya berpisah dengan kekasih hati.
Dan kini……aku mencintaimu seperti Sang Hawa, selamanya………