Sekolah.org

Go Back   Sekolah.org Ekstrakurikuler Sastra

Reply silakan bergabung untuk ikut diskusi :-)
 
Thread Tools
Old 1 October 2015, 06:33 AM   #1
Aku Ingin Belajar
Senior Member
 
Aku Ingin Belajar's Avatar
 
Bergabung: Jul 2011
Location: Tuban, Jawa Timur
Posts: 198
Aku Ingin Belajar is on a distinguished road
Post 2 -

2 –
***


Disela-sela celometan guru yang menerangkan dan menjelaskan beberapa ini dan beberapa itu terkait pelajaran, Mila nampak fokus terhadap apa yang harus ia catat sebagai referensi ketika ujian dadakan ataupun semesteran. Sedangkan aku. Aku hanya memangkukan dagu di atas tangan sambil sesekali melamun. Melamun semua kejadian yang menuntun diriku sampai kemari.
Aku memang gak bisa terbiasa dengan keadaan sekolah yang harus menulis, atau mencatat pelajaran yang diterangkan oleh guru. Aku selalu lebih memilih tidur di kelas, atau melamunkan sesuatu. Kegiatan semacam ini telah berlangsung sejak lama ketika aku mulai menekuni dunia membaca. Dan entah mengapa kegiatan ini berlangsung sampai sekarang.
Saat ini yang terpikirkan olehku hanyalah kapan kelas yang membosankan ini cepat berakhir, pelajaran Matematika kelas X memang membosankan bagi diriku. Andai saja aku menjadi menteri pendidikan, aku tidak ingin ada kegiatan Ujian untuk sisitem kelulusan. Lebih baik guru sendiri yang menilai kelayakan lulus atau tidaknya seorang murid, bukan dari indeks nilai.
Walaupun aku sudah berandai-andai menjadi seorang menteri pendidikan, tetap saja perasaan suntuk dan bosan masih menghinggapi diriku. Ini bukan sedang nyanyiin lagu burung kakak tua yang hinggap dijendela lho bro. Kucoba mengalihkan pandanganku ke sekeliling kelas yang dipenuhi dengan anak-anak yang rajin mencatat.
“Gak nyatet Fa?” kata-kata Mila yang dengan tiba-tiba berhasil mengagetkan diriku yang seperti CCTV pengawas.
“Oh, hehe... nggak Mil, males. Besok-besok minjem kamu aja deh”.
“Minjem? Enak banget. Wani piroo?”, jawab Mila sambil mengikuti gaya iklan rokok di tipi.
“Yeelah Mil, pelit amat sih. Sama anak baru jangan pelit-pelit lah. Gak kasian apa sama hidupku yang sudah susah ini”, tanggapku sambil memeberikan akting yang mendramatisir keadaan seperti sinetron Indonesia.
“Iya iya. Melas banget banget mukamu”, Mila kalah. YESS!!
“Hahaha makasih ya”, tawaku dengan penuh kemenangan. Hahaha ...
Percakapan singkat itu untunglah tak sempat terendus oleh si bapak guru. Entah apa yang akan terjadi jika sampai terendus.
“Kantin yuk Fa”, ajak si Mila kepadaku pas bareng dengan bunyi bel istirahat.
“Iya Mil, duluan aja. Aku mau ke kamar mandi. Mau setor dulu”.
“Okelah, nyusul ya. Nanti traktir aku”.
“Gampang, nanti aku traktir permen satu”, aku jawab sekenanya sambil berlalu meninggalkan kelas untuk ke kamar mandi.
“Jiaah, apaan tu. Strees!”, aku masih bisa dengar kata terakhir dari Mila. Aku pun hanya tersenyum saja.
***
Sekolah ini termasuk sejuk dan indah dengan beberapa pohon yang ditanam di beberapa titik untuk sekedar memberikan tempat untuk para siswanya bersantai ataupun berpacaran. “Emangnya boleh ya pacaran dilingkungan sekolah ini?”.
Para murid ceweknya pun tidak semuanya yang tidak pakai jilbab, ada beberapa siswi yang berseliweran dengan penutup kepala. Ini yang dimaksud jilbab lho ya, bukan topi atau capil. Semua dibebaskan oleh sekolah untuk berjilbab ataupun tidak. Termasuk si Mila yang memilih untuk tidak memakai jilbab. Dan entah kenapa alasannya.
Mila adalah cewek pertama yang menjadi teman ku disekolah ini, termasuk teman sebangkuku. Mila kira-kira berumur kurang lebih sama denganku, paling hanya beda beberapa bulan saja. Mila berpenampilan menarik dengan rambut diikat ekor kuda kebelakang, wajahnya manis dan berkulit putih. Dan aku menduga si Mila ini pasti sudah punya sesorang untuk dinamai “pacar”.
Disela-sela kekagumanku terhadap suasana sekolah baruku sambil berjalan menuju kamar mandi pandangan mataku dengan secara mendadak berhenti pada sesosok gadis berjilbab yang sedang berbincang dengan temannya. Aku berhenti sebentar untuk memandang sedetil mungkin apa yang sedang ada di hadapanku ini.
“Kelas X IPS”, batinku ketika melihat aksesoris kelas yang ada di lengannya. Namun aku tak semapt melihat nama cewek tersebut karena aku sudah kebelet sekali.
Sesaat sebelum keluar kamar mandi aku hidupkan mp3 di HP-ku sambil masang headset kecil. Lagu Dear God milik Avenged Sevenfold mengalun merdu dengan nada yang ringan.
A lonely road
Cross another cold stay line
Miles away from those I love
Purpose hard to find

Kulihat sekeliling lagi berharap bisa melihat sesosok gadis berjilbab putih yang tadi. Ada harapan dalam hati untuk bisa bertemu lagi dan mengenal dirinya. Siapa tahu nanti dia bisa suka sama aku, wkwk. Namun sampai aku masuk kelas lagi aku tidak melihat sosok gadis berjilbab yang kulihat tadi.
Aku masuk kelas terlebih dulu karena memang belum masuk waktu pelajaran ketika itu. Aku pun hanya duduk membaca buku “Hidup Berawal Dari Mimpi” karya tulis dari Fahd Djibran bersama Bondan Prakoso and Fade to Black. Buku yang tidak terlalu besar dan bercover warna hujau ini memberikan sentuhan baru dalam dunia tulis fiksi. Dengan dipadukan lirik lagu dari Bondan Prakoso and Fade to Black cerita yang disuguhkan membuat para pembaca bisa meresapi lagu dan cerita yang bijak.
Aku melupakan janjiku untuk pergi ke kantin menemui Mila karena memang aku bukan anak yang biasa menghabiskan waktu istirahat di kantin. Aku lebih biasa menghabiskan watu di dalam kelas untuk sekedar baca buku ato yang lain. Dulu sewaktu SMP ada Moti dan Tomi yang sama-sama senang menghabiskan waktunya di dalam kelas. Dulu mereka juga yang mengajak aku buat ikut Waskita, komunitas belajar non-formal yang telah memberiku banyak pelajaran sampai aku masuk ke dalam sekolah formal lagi.
Kelas masih belum masuk, hanya ada beberapa anak yang berlalu-lalang dalam kelas untuk sekedar ngambil dompet, atau manggil temennya yang lain buat ikut jajan. Mereka rata-rata adalah cewek yang sepertinya memang suka jajan, dan berbasis keluarga yang mampu. Sedangkan yang cowoknya tidak ada yang dikelas, mungkin pada sibuk nyari pacar atau main basket di halaman sekolah. Hanya aku sendiri dengan buku bercover hijau, dan lagu yang masih mendentingkan suara yang merdu. Kali ini bukan lagi lagu dari Avenged yang memeriahkan telingaku, tapi lagu instrumental milik Dewa 19 berjudul IPS. Lagu ini hany a alunan gitar saja.
“Hai bro. Anak baru ya? Aku Andra, bukan Andra and the Backbone lho ya! Haha”, seseorang ini mengagetkanku dengan memperkenalkan dirinya sambil cengar-cengir narsis. Aku yang kaget langsung kulepas headset di kupingku untuk menghargai apa yang dikatakan oleh si Andra ini.
“Eh, iya aku Fathoni, kita sekelas ya?”
“Iya lah, kalo bukan sekelas masak aku mau ngenalin diriku ini, wkwk”, anak ini masih cengar-cengar tanpa bisa dikontrol. “Ini anak gila ya?".
“Hehe. Iya ya. Kamu tadi duduk dimana ya? Aku kok gak sempat liat wajah kamu ini, kirain gak ada wajah yang kayak kamu”.
“Aku duduk dua bangku dari belakang, dua baris dibelakang kamu”.
“Ohhh”, aku bingung harus jawab atau tanya apa lagi. Haha
“Kamu kayaknya tak liatin udah akrab sama Mila”, tanya si Andra sesaat setelah aku diam
“Oh, hehe iya. Soalnya si Mila anaknya baik, ramah”.
“Iya. Emang si Mila itu anaknya ramah kepada semua anak. Gak Cuma sekelas ini aja, di kelas anak X IPS juga banyak yang kenal sama Mila”.
Aku yang mendengar penuturan si Andra ini tiba-tiba teringat kepada si gadis berjilbab putih yang sempat aku lihat sebelum aku masuk kamar mandi beberapa menit yang lalu. “Tuhan selalu mempunyai rancana yang indah”.
“Semua yang ada di kelas X IPS apa beberapa cewek aja tu Ndra?”, tanyaku ingin tahu.
“Rata-rata sih banyak yang cewek ketimbang yang cowoknya. Kenapa? Ada yang kamu pingin kenal di kelas X IPS?”, pertanyaan Andra ini berhasil membuatku kaget untuk kedua kali.
“Eh enggak, cuma penasaran aja. Kok bisa seramah itu sampai kenal anak di kelas lain”, aku pun mengelak karena tidak mau ada yang nyangka anak baru ini sudah punya target cewek yang disukai.
“Soalnya si Mila emang enteng kalo berteman, anaknya juga gak milih-milih. Siapa saja yang emang bisa diajak temenan ya pasti bakal jadi temennya. Termasuk kamu. Kayaknya kamu udah jadi temennya akibat “virus” ramahnya. Hehe”.
“Hehe. Kayaknya ya gitu deh Ndra. Apalagi buat aku yang statusnya masih anak baru pindahan, pasti jadi sasaran empuk buat ngeluarin jurus keramahan dia. Wkwk”. Aku pun hanya menimpali penjelasan si Andra dengan sedikit guyonan yang aku bisa.
“Hahaha”, dan akhirnya aku dan Andra tertawa saling beriringan dan kami mulai saat itu berteman juga. Walaupun tempat dudukku masih sebangku dengan Mila.
***
“Hei anak baru, kenapa tadi gak jadi ke kantin?. Udah ditungguin malah gak dateng”, kelas sudah masuk dan Mila pun yang sudah masuk kelas mulai mengomel degan wajah manyun.
“Hehe maaf anak lama. Tadi habis dari kamar mandi tiba-tiba males buat ke kantin, soalnya lagi bokek juga” aku beralasan demi menghindari perdebatan kecil namun panjang.
“Yeelaah. Padahal tadinya aku pingin ngenalin kamu sama temanku”, ucapannya membuatku bertanya apakah si gadis berjilbab itu yang dia maksud.
“Kenalin sama siapa Mil?” aku bertanya sambil sok cuek dan gak peduli
“Gak jadi, kamu tadi gak nongol kok. Besok-besok kenalan sendiri aja”.
“Yeelah”, ternyata memang aku kurang beruntug hari ini. Siapa tahu tadi yang mau dikenalin sama aku itu si gadis berjilbab anak X IPS.
Sekolah hari pertamaku berakhir pada jam sekitar setengah dua dengan beberapa tugas yang diberikan oleh guru baruku ini. Sesaat sebelum aku pulang aku masih sempat melihat gadis berjilbab di parkiran sekolah dengan sepedah ontel warna merah yang semakin membuat diriku ingin kenal dengan dirinya.
Sedangkan si Mila aku lihat sudah bersiap pulang dengan motor matic warna putih dengan warna desain strip hitam yang tampak cool. Sedang diriku hanya naik angkot untuk pulang pergi sekolah karena memang aku tidak diberikan fasilitas motor oleh keluargaku. Tak apalah.

***
__________________
- Jawazim
Aku Ingin Belajar is offline  
Reply With Quote
Reply silakan bergabung untuk ikut diskusi :-)

Thread Tools



Zona waktu GMT +7. Waktu saat ini adalah 05:42 PM.


Powered by vBulletin®
Copyright © Jelsoft Enterprises Ltd.